Tuesday, May 12, 2009

Demam Facebook-Agar Tidak Dibilang Kampungan

Tuesday, February 24, 2009
Demam Facebook-Agar Tidak Dibilang Kampungan
Ronald Tanamas - detikNews

Jakarta - Roni seorang mahasiswa pasca sarjana di sebuah universitas swasta di Jakarta mengaku kesal ketika membaca komentar miring teman-temannya di Facebook. Soalnya yang dikomentari adalah foto dirinya yang berpakaian renang. Foto itu terpajang di dinding Facebook miliknya.

Yang bikin Roni tambah kesal, bosnya yang juga sering ber-Facebook, melihat foto konyolnya berikut komentar-komentar yang ada di bawahnya. Ia pun sempat diingatkan atasannya untuk tidak mengupload lagi foto-foto konyol di Facebook karena bisa menjatuhkan reputasi perusahaan.

Apalagi Roni saat ini sedang dipromosikan sebagai manager keuangan di kantornya. "Wah kalau begini saya bisa nggak jadi dipromosikan," kata Roni saat ngobrol dengan detikcom.

Kekhawatiran Roni ini dipicu keterangan sang bos yang mengatakan kalau bagian sumber daya manusia (SDM) atau HRD di perusahaannya sering memelototi Facebook atau situs sejenis. Dua situs jaringan sosial itu digunakan HRD untuk mengetahui karakter para karyawannya serta para pelamar kerja.

Kenyataan ini tidak mengherankan. Sebab berdasarkan riset yang dilakukan Yasni.co.uk, setidaknya 961 manajer dan eksekutif bagian SDM di seluruh dunia gemar memanfaatkan Facebook atau MySpace untuk mencari tahu seperti apa karakter pelamarnya itu.

Dari riset tersebut juga terungkap, sekitar 20 persen menyatakan mereka menolak karyawan berdasarkan apa yang terlihat dari Facebook atau MySpace. Sebagian besar yang ditolak ini biasanya melihat adegan foto calon karyawan sedang mabuk--yang biasanya dianggap lucu-lucuan atau komentar yang kasar.

Penggunaan Facebook oleh bagian SDM hanya untuk memudahkan. Sebab waktu yang dibutuhkan untuk memantau karyawan atau pelamar semakin singkat. Apalagi anggota Facebook sangat banyak. Karena website tersebut sedang jadi fenomena di masyarakat.

Bloger dan praktisi pergaulan dunia maya, Enda Nasution mengatakan gaya dan tampilan Facebook yang sederhana itulah yang menjadi pemikatnya. Tampilan yang mayoritas didominasi oleh warna putih, biru, dan abu-abu, menjadikan Facebook lebih elegan.



"Selain tampilannya yang elegan, Facebook juga sebuah aplikasi yang bersifat terbuka. Dengan API (application programming interface) sehingga semua orang bisa membuat dan menambahkan aplikasi yang ada di Facebook, tanpa harus jadi programmer untuk melakukan itu," kata Enda Nasution kepada detikcom.

Enda juga menjelaskan konten seperti tag foto yang bisa dikomentari, juga makin banyak digandrungi. Hingga kemudian, muncul istilah tagging yang semakin populer. Facebook juga menggabungkan konsep chatting dan microbloging ke dalam fiturnya.

Ia juga menjelaskan Facebook telah menerapkan model web 3.0 sebagai sarana penghubung antarsitus web. Dengan web 3.0, pengguna hanya perlu log in dari satu situs web, untuk kemudian diteruskan pada situs web lain.

Misalnya, seseorang bisa sekaligus memperbarui status tag di plurk, dan secara otomatis berlanjut ke
Facebook. "Informasi yang ditampilkan dalam Facebook dari anggotanya bersifat Real Time," jelas Enda.

Randy Zuckerberg, Direktur Global Facebook saat diwawancara The Sunday Telegraph mengatakan, saat ini banyak perusahaan multinasional yang tertarik buka Facebook. Mereka umumnya memanfaatkan untuk menyeleksi calon karyawan, atau menyeleksi karyawan yang akan dipromosikan jabatannya.

Namun pola semacam ini, kata psikolog Universitas Indonesia Niken Ardiyanti, tidak akan bertahan lama. Sebab para penggemar Facebook di Indonesia akan mudah bosan. "Ini sudah tipikal masyarakat Indonesia. Yang bosenan dan supaya tidak dibilang kampungan," pungkas Niken.

No comments: